Jumat, 16 Desember 2011


MAKALAH
”AHLAK KEPADA DIRI SENDIRI”




Disusun Oleh:
Nama             : Miftahul Huda
Npm               : 10630766
Prodi              : Akuntansi


KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing kami semua dan tak lupa kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan tugas yang akan datang.
Mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.



 




Metro,    November 2010




Miftahul Huda


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................... 1
B.     Alasan Memilih Judul............................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan....................................................................... 2
D.    Metode Penulisan..................................................................... 3
E.     Pembatasan Masalah................................................................. 3
F.      Sistematika Penulisan............................................................... 4
BAB II      PENGERTIAN AKHLAK DAN RUANG LINGKUPNYA
A.    Pengertian Akhlak.................................................................... 5
B.     Ruang Lingkup Bimbigan Akhlak............................................ 7
BAB III     AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI
A.    Berakhlak Terhadap Jasmani.................................................... 9
B.     Berakhlak Terhadap Akalnya................................................... 9
C.     Berakhlak Terhadap Jiwa......................................................... 11
BAB IV    PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................... 12
B.     Saran-Saran............................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan ini banyak sekali yang diperlukan manusia. Keperluannya ada kalanya dapat dapat diusahakan sendiri dan ada kalanya harus mendapat bantuan orang lain.
Untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari, kita hendaknya melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, agar hasilnya atau akibatnya baik pula bagi diri kita. Begitu pula kalau ada orang yang memerlukan atau pertolongan, hendaknya kita bantu dengan asaran-saran atau cara-cara yang dapat menghindarkan orang tersebut dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Didalam agama Islam, kita disuruh mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, sebab setiap perbuatan baik dapat menyenangkan oranglain yang bergaul dengan kita bahkan akan menyenangkan diri kita sendiri. Orang yang berbuat baik tidak pernah merugikan orang lain dalam pandangan Allah, malahan suatu kebaikan yang kita lakukan akan dibalas oleh Allah dengan beberapa kebaikan bahkan tidak jarang mendapat balasan yang melimpah.
Jadi perbuatan baik banyak menguntungkan, sedangkan perbuatan buruk banyak merugikan. Orang yang ingin beruntung tentu gemar melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ia beruntung dalam pandangan manusia dan lebih beruntung lagi dalam pandangan Allah.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (H.R.Muslim)
Mengingat Rasulullah SAW, diutus untuk memperbaiki akhlak manusia dan orang-orang yang terbaik ialah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Maka dalam hal ini kita dituntut untuk melakukan hal-hal yang terpuji dalam hidup ini, mengingat apa yang telah diuraikan tersebut, penulis ingin membahas dalam suatu karya tulis yang berjudul “Bimbingan Akhlak Bagi Kaum Muslimin”.
B.     Alasan Memilih Judul
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis mencoba membahas suatu masalah yang sangat penting peranannya dalam kehiduan sehari-hari bagi umat Islam, yaitu tentang “Akhlak terhadap diri sendiri” dengan beberapa alasaan yang perlu dikemukakan :
Akhlak yang baik adalah salah satu modal dasar dalam tegaknya agama Islam. Kehadiran karya tulis ini, khususnya masalah bimbingan akhlak ini, memang sangat penting diperlukan dan tepat dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam dikalangan muslimin dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ingin memperdalam dan memperluas masalah akhlak sebagaimana perananya bagi kehidupan umat. Kurangnya kesadaran umat Islam dewasa ini yang memperhatikan pentingnya akhlak, sehingga perlu diingatkan.
C.    Tujuan Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis ingin mengemukakan beberapa tujuan tertentu, sebagai berikut :
1.      Untuk mengetengahkan hasil yang penulis peroleh selama mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh para Dosen Al islam Universitas Muhammadiyah Metro.
2.      Untuk memperdalam ilmu pengetahuan tentang seluk beluk ajaran agama Islam, khususnya mengenai masalah akhlak bagi kaum muslimin.
3.      Untuk bisa dijadika sebagai bahan acuan dan membangkitkan motivasi belajar yang lebih maju dengan disertai akhlak yang mulia.

D.    Metode Penulisan
Didalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode, antara lain seperti :
1.      Library reseach atau Kepustakaan. Maksudnya bahwa dalam pembuatan atau penyusunan karya ilmiah ini berdasarkan kajian atau telaahan dari berbagai buku kepustakaan, terutama yang ada hubungan dengan judul yang penulis kemukakan, yang penulis kutip secara langusung ataupun tidak langsung.
2.      Metode Conperative, yaitu dengan cara mebnadingkan beberapa pendapat orang lain dan pengalaman penulis sendiri untuk dapat dijadikan satu kesimpulan-kesimpulan yang dipandang penting oleh penulis.

E.     Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penulisan karya ilmiah ini maka penulisan ini perlu diberikan batasan masalah, disini penulis hanya membahas “Akhlak Terhadap diri sendiri”. Terbatas pada hal-hal sebagai berikut:

1.      Cara menumbuhkan ser ta mebiasakan akhlak yang baik
2.      Cara mencegah akhlak yang tercela
3.      Beberapa hikmah berakhlak yang baik
Adanya pembatasan masalah tersebut bukan berarti bahwa masalah akhlak hanya terdiri dari hal-hal tersebut diatas saja, akan tetapi cukup banyak dan luas, karya ilmiah ini hanya memuat pokok-pokok Akhlak terhadap diri sendiri saja.
F.     Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan karya ilmiah ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I         : Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, alasan
memilih judul, metode penulisan, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
Bab II        : Pengertian akhlak dan ruang lingkupnya, adapun isinya
pengertian akhlak dan ruang lingkup bimbingan akhlak.

Bab III      : Bimbingan akhlak bagi kaum muslimin yang memuat ; cara
menumbuhkan serta membiasakan akhlak yang baik, cara mencegah akhlak yang tercela dan hikmah berakhlak yang baik.
Bab IV      : Penutup yang bersikan kesimpulan dan saran-saran.






BAB II
PENGERTIAN AKHLAK DAN RUANG LINGKUPNYA
A.    Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jama’ dari “khuluk” yang artinya budi pekerti, watak, tabiat. Yakni suatu daya kekuatan dalam jiwa manusia yang nampak dalam tindakan, perbuatan dan tingkah laku. Jiwa kekuatan itu lahir dengantingkah laku yang baik dinamakan akhlakul mahmudah atau akhlakul karimah, artinya akhlak yang mulia atau terpuji. Sebaliknya bila daya itu melahirkan perbuatan buruk dinamakan akhlakul madzmudah, artinya akhlak yang tercela.
Untuk memperoleh gambaran tentang akhlak disini akan dikemukakan beberapa definisi-definisi dari beberapa ahli antara lain :
Definisi Ibu Athir dalam kitabnya An-Nihayah ; khuluk artinya ialah gambnaran bathin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedangkan akhlak merupakan gambaran bentuk luarnya (seperti raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya dan lain sebagainya).
Definisi Ibnu dalam kitabnya Tahzibul Akhlak W ataath’hirul A’raq, akhlak ialah :
“Sikap jiwa seseorang yang mendoongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu)”.
Definisi Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya’ulumuddin yang berbunyi
“Akhlak ialah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tidak memerlukan pertimbangan/pikiran (lebih dahuku)”.
Definisi Prof. Dr. Ahmad Amin akhlak ialah Adatul Iradah atau kehendak yangdibiasakan. Definisi ini tersusun dalam tulisannya yang berbunyi yaitu :
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut dengan akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila dibiasakan dengan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak”.
Maksud kehendak dalam definisi diatas ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan perbuatan-perbuatan yang diulang sehingga muda melakukannya. Jadi akhlak ialah gabungan dari kekuatan kehendak dan kekuatan kebiasaan.
Definisi Prof. Farid Ma’ruf dalam bukunya “Analisa Akhlak Dalam Perkembangan Muhammadiyah” :
Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap kekuatan dan kehendak yang mana yang berkombinasi membawa kecendrungan memiliki pihak yang benar dalam (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).
Dari definisi-definisi tersebut dapat doambil kesimpulan bahwa perbuatan yang merupakan akhlak adalah apabila memenuhi dua macam syarat :
1.      Perbuatan dilakukan berulang kali sehingga menjadi adat kebiasaan.
2.      Perbuatan dilakukan dengan kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan atau tanpa sengaja.
Jadi kesimpulan akhir adalah, yang dimaksud dengan akhlak ialah “kesadaran melakukan yang baik yang kemudian dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari”.

B.     Ruang Lingkup Bimbigan Akhlak
Pada dasarnya ada tiga pokok dan paling mendasar hubungannya yang perlu diperhatikan dalam kehidupan manusia yaitu:
1.      Hubungan manusia dengan Allah SWT
2.      Hubungan manusia dengan sesama manusia
3.      Hubungan manusia dengan alam
Agar hubungan tersebut terjalin secara selaras, serasi dan seimabang. Maka perlu etika (akhlak) yang dalam pelaksanaannya berbeda satu sama lain, oleh sebab itu secara garis besarnya ruang lingkup yang dibahas dalam Bimbingan Akhlak disini adalah :
a)      Cara menumbuhkan serta membiasakan akhlak yang baik
Adapun cara menumbuhkan akhlak yang bai, melakukan perbuatan yang meliputi sifat-sifat terpuji antara lain :
ü  Sifat rendah hati (tawadhu)
ü  Sifat sabar
ü  Sifat jujur
ü  Sifat pemaaf
ü  Sifat penyantun
ü  Sifat cermat
Disamping sifat-sifat terpuji, akan dibahas pula bagaimana cara membiasakan akhlak ang baik meliputi perbuatan-perbuatan terpuji antara lain sebagai berikut :
ü  Taat terhadap perintah Allah dan Rasul
ü  Patuh kepada orang tua
ü  Halus budi pekerti


b)      Cara mencegah akhlak tercela
Adapun ruang lingkup cara mecegah akhlak tercela meliputi :
Menjauhi sifat-sifat tercela, seperti :
Ø  Takabur
Ø  Iri dengki
Ø  Dendam
Ø  Tidak disiplin
Ø  Serakah
Menjauhi perbuatan-perbuatan tercela seperti :
Ø  Durhaka kepada orang tua
Ø  Sadis
Ø  Lalai
Ø  Curang
Ø  Ceroboh

c)      Hikmah-hikmah yang dapat diambil dalam melakukan perbuatan yang baik, itu akan mendatangkan kebaikan :
Ø  Terhadap diri sendiri
Ø  Terhadap keluarga
Ø  Terhadap masyarakat umum
Ø  Bangsa dan Negara




BAB III
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI

A.    Berakhlak Terhadap Jasmani.
  1. Menjaga Kebersihan Dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jum'at, memakai wewangian dan selalu bersugi.
  1. Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.
  1. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.
  1. Rupa diri.
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik.
Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.

B.     Berakhlak Terhadap Akalnya
  1. Memenuhi akalnya dengan ilmu
Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu.
Ilmu fardh 'ain  yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.
  1. Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
C.    Berakhlak Terhadap Jiwa
Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
  1. Bertaubat
  2. Bermuqarabah
  3. Bermuhasabah
  4. Bermujahadah
  5. Memperbanyak ibadah
  6. Menghadiri majlis Iman
Untuk meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan. Lantaran dari pada itu kita perlu sahabat yang boleh memperingatkan diri kita. Disamping itu kita perlu berdoa kepada Allah.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan pada Bab terdahulu dapat disimpulkan bahwa :
Yang dimaksud dengan akhlak ialah kesadaran melakukan perbuatan yang baik, yangkemudian dibuktikan atau yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari supaya dapat menumbuhkan dan membiasakan akhlak yang baik.
Akhlak yang baik berperan penting bagi kehidupn manusia baik untuk dirinya sendiri berperan penting bagi kehidupan manusia baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, sebaliknya akhlak tercela sangat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain yang harus kita jauhi.
Dengan akhlak yang baik akan terwujud suasana damai, rukun dan sejahtera sesama umat manusia khususnya bagi kaum muslimin.
B.     Saran-Saran
Didalam penyusunan karya tulis ini, penulis mempunyai saran-saran antara lain :
Supaya tetap tegaknya agama Islam, maka hendaknya bagi pemeluknya melaksanakan perbuatan-perbuatan atau sifat-sifat yang baik dan terpuji, dengan melaksanakannya kita telah menjaga dan memelihara agama Islam.
Hendaknya bagi para orang tua mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik dan terpuji sejak masih kecil, agar kelak kemudian hari tidak menyusahkan dirinya, keluarganya dan orang lain disekitarnya.
Hendaknya selain melakukan perbuatan maupun sifat terpuji agar supaya menambah dengan amalan-amalan yang berpahalaseperti ; membaca Al-Qur’an, mendengarkan pengajian dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

H. A. Mudzakir dan H. Wardan, “Pendidikan Agama Islam Untuk SLTA Jilid II”. Kota Kembang, Yogyakarta, 1988

Zaharudin AR dan Aziz Dahlan. “Akidah Akhlak Untuk Madarasah Aliyah Kelas I. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama RI. Jakarta, 1988

H. Sukarna Karya dan H.A. Kadir Djailani, “Bimbingan Akhlak Untuk Siswa SMTP, Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada SMTP. Jakarta, 1986

Mahmud Junus, “Terjemah Al-Qur’an Al-Karim”, PT. Al-Ma’rif, Bandung, 1990